Senin, 27 Agustus 2012

Obyek Wisata Kabupaten Purwakarta


OBYEK WISATA PURWAKARTA

Obyek wisata yang paling menonjol di Kabupaten Purwakarta, adalah rekrasi air, terutama dengan adanya bendungan, situ  atau danau. Meski begitu, secara spesifik obyek wisata dibagi dalam 3 (tiga)Tipologi, yaitu :

=>  Wisata Alam,  seperti halnya wisata tirta Jatiluhur, Panorama Galumpit, danau Cirata, Situ Wanayasa, Air Panas Ciracas, Pemandian Cihanjawar, Curug Cipurut, Situ Buleud dan Gunung Parang

=> Wisata Budaya, seperti halnya seni budaya yang memiliki daya tarik berupa kerajinan keramik Plered, Home Stay Pasanggrahan, Home Industri kain Songket.  Seni khas rakyat, berupa wayang golek, kliningan, kuntulan, buncis, jaipongan, calung, reog, kecapi suling, degung, celempungan, sandiwara (tunil) pencak silat dan tutunggulan.  Wisata sejarah,  berupa Goa Jepang yang memiliki daya tarik pada Benda cagar Budaya  (BCB), Rumah Adat Citalang dan bangunan kuno di tengah Kota Purwakarta yang sampai sekarang masih terpelihara keasliannya, seperti : Gedung Keresidenan, Gedung Negara, Gedung Pendopo dan Mesjid agung.    Selain itu  terdapat juga makanan khas untuk cinderamata, berupa simping, peyeum bendul, colenak, gula cikeris, panisan pala dan sate maranggi.

=>  Wisata Minat Khusus,  seperti halnya obyek wisata Ziarah, berupa Makam Baing Yusup, Makam Mama sempur, Makam Mbah Panyingkiran, Makam Panembangan Jatiwangi, Makam dalam Solawat, Dalam Santri dan sebagainya  serta wisata petualangan berupa panjat tebing Gunung  Parang
      
     =>  Wisata alam :

               1. Jatiluhur :
     Keindahan alam yang dipadu dengan waduk buatan telah menjadikan Jatiluhur sebagai Obyek Wisata yang dapat memberi  pesona dan nuansa kepuasan tersendiri.    Jatiluhur merupakan satu Kota Kecamatan di daerah perbukitan yang jaraknya hanya 9 km dari Kota Purwakarta atau sekitar 75 km dari bandung dan sekitar 120 km dari Jakarta.  Waduk Jatiluhur sendiri berfungsi serba guna, untuk pengbangkit tenaga listrik, irigasi, air minum, pengendali banjir, perikanan dan pariwisata.
     Sarana wisata yang serba lengkap, ditempat ini menjadikan setiap wisatawan dapat melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan rekreasi air atau olah raga air, antara lain: misalnya bisa menyewa alat-alat untuk bermain selancar angin, ski air, power boating, perahu layar, atau bermain selancar dengan keluarga di water boom yang baru dibangun.
    Selain itu terdapat juga fasilitas rekreasi lainnya, seperti : Hotel, Gedung pertemuan, bungalow, bar, pondok remaja, bar, restoran, lapangan tenis dan kolam renang.
    Bagi wisata remaja, tersedia lahan yang cukup luas untuk kegiatan outbond dan perkemahan yang letaknya diperbukitan diteduhi pepohonan.  Khusus untuk Educational Tourism, yang ingin mengetahui seluk beluk waduk ini, Perum Jasa Tirta Jatiluhur menyediakan tenaga ahlinya 
     Danau buatan Jatiluhur yang diberi nama Waduk Ir.H.Juanda merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas produksi sekitar 800 juta Kwh pertahun.
            Ke depan tempat tersebut rencananya akan dikembangkan menjadi Resort Tourism Area  kawasan pariwisata yang menyediakan segala fasilitas wisatawan

  2. Danau Cirata :
            Cirata, selain berpungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) danau yang berketinggian sekitar 223 meter di atas permukaan laut itu, dikelilingi bukit menjadikan keindahan alam yang sangat menarik. PLTA Cirata merupakan Proyek Induk Pembangkit Hidro Jawa Barat (Pikitdro Jabar) yang dapat membangkitkan energi listrik rata-rata sebesar 1.426 juta kilowat/jam pertahun   Bila melakukan perjalanan dari Kota Purwakarta melalui Plered, kita akan tiba di Cirata dalam waktu kurang lebih  40 menit.  Dalam perjalanan itu,  dapat dinikmati keindahan alam di sepanjang jalan  Plered-Cirata.  Ke depan danau Cirata akan dikembangkan menjadi  tempat  educationol tourism bagi para pelajar dan mahasiswa dan sarana rekreasi, terutama rekreasi air seperti halnya Obyek Wisata Jatiluhur

3.     Situ Wanayasa :
    Situ Wanayasa terletak di Desa Wanayasa, Kecamatan Wanayasa, sekitar 23 km dari Kota Purwakarta atau 83 km dari Bandung.  Situ Wanayasa, merupakan sebuah danau (situ)  dengan luas sekitar 7 hektar, dikelilingi pohon-pohon, bukit-bukit hijau, air danaunya bersih dan alami. Memiliki ketinggian sekitar 600 meter dari permukaan laut dengan temperatur udara rata-rata berkisar antara 17 sampai dengan 20 derajat Celsius.  Prasarana yang sudah tersedia, listrik, telepon dan kenderaan umum.   Untuk meningkatkan akses dan kenyamanan bagi pengunjung, jalan menuju  Situ Wanayasa telah dihotmix, penataan Gedung Kewedanaan menjadi  sarana aktifitas kebudayaaan dan pembangunan sarana wisata berupa Guest House
     Situ Wanayasa merupakan kawasan wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena secara giografis pariwisata, terletak di antara Tangkuban Parahu, Ciater dan danau Jatiluhur.
     Pengembangan wisata yang disarankan, adalah rekreasi air berupa pemancingan, sepeda air, perahu dayung, restoran terapung dan sebagainya. Di lingkungan sekitarnya yang dapat dikembangkan, antara lain seperti home stay, guest house, rumah makan, taman rekerasi, usaha cinderamata, hiking, arena melukis, menggambar, horse riding, jogging, sarana out bound dan wisata pendidikan, seperti cara bertani manggis dan cara berkebun lainnya yang difokuskan kepada para pelajar atau mahasiswa.
     Kemudian ke depan dapat dikembangkan paket wisata dalam kota, dengan route perjalanan Air Panas Ciracas- Curug Cipurut-Situ Wanayasa-Situ Buleud-Grama Tirta Jatiluhur dan terakhir Danau Cirata.  Sedangkan  pengembangan paket wisata luar kota, diusulkan adalah Tangkuban Parahu-Ciater-Situ Wanayasa-Grama Tirta Jatiluhur dengan pangsa pasar wisatawan dari Bandung dan Jakarta

4.     Situ Buleud.
    Situ Buleud merupakan potensi obyek wisata alam yang terletak di jalan K.K.Singawinata Purwakarta.  Dahulu kala, Situ Buleud berada di tengah hutan belantara, konon menurut cerita,  menjadi tempat pangguyang (mandi kubang) dan tempat berkumpulnya badak-badak yang berasal dari Simpereun Jatiluhur dan Cikimpaya.   Situ Buleud mulai dirintis pembangunannya pada tahun 1830 oleh pendiri Purwakarta, yaitu R.A. Suriawinata.
     Kini Situ Buleud merupakan ciri khas Kota Purwakarta, berada di tengah-tengah kota dengan latar belakang Gedung Karesidenan (saat ini menjadi Kantor Badan Koordinasi Wilayah IV Purwakarta).  Bagi warga kota, Situ Buleud telah menjadi sarana atraksi dalam berbagai kegiatan, terutama yang berkaitan dengan ekstra kurikuler sekolah, seperti lomba menggambar, melukis, pentas seni bahkan menjadi tempat Indoor Recreations area seperti panjat dingding, balap sepeda, pemancingan, kontes burung, pentas musik kaula muda dan sarana berolah raga masal, berupa jogging dan lari pagi mengelilingi Situ Buleud
     Untuk menciptakan kenyamanan bagi para pengunjung,  saat ini telah disediakan sarana jogging track, taman mushola dan MCK
     Selanjutnya, ke depan Situ Buleud diusulkan agar dikembangkan menjadi kawasan wisata berbentuk General out door recreations Area yang dapat memfasilitasi  kebutuhan pengunjung terutama  kaula muda dengan kegiatan Week end nya 


5.     Gunung Parang

     Gunung Parang merupakan salah satu tempat obyek wisata alam yang menyediakan  kebutuhan untuk kegiatan wisata petualangan minat khusus. Lokasinya berada di  Kampung Cihuni Desa Sukamulya Kecamatan Tegalwaru sekitar 28 km dari Kota Purwakarta atau 79 km dari Kota Bandung.
      Memiliki ketinggian sekitar 983 meter dari permukaan laut dengan temperatur rata-rata 22 sampai dengan 25 derajat Celsius.   Karakter Gunung Parang, adalah Multy Grade, artinya banyak  jalur pemanjatan dengan tingkat kesulitan bervariasi.  Mulai dari tingkat kesulitan terendah  Grade  1 (class 5.0-5.4) sampai dengan yang paling tinggi (grade IV, Class 5.5-5.13)
      Di antara organisasi panjat tebing Inodensia, ada slogan atau pameo yang mengatakan : orang  belum dapat disebut sebagai “Rock Climber Indonesia” apabila belum pernah menaklukan Gunung Parang. Hal ini dapat dibenarkan, karena mendaki di tempat ini, penuh dengan tantangan yang sangat membutuhkan kesiapan, ketahanan dan ketangguhan mental  dan fisik. 
     Dilihat dari potensi wisatanya, daya tarik utama Gunung Parang ini, terletak pada tebing bagian timur.  Batunya keras (batu granit)  lerengnya curam dan terjal.   Daya tarik lainnya, adalah tebing cadas sebelah barat, keindahan alam sekitar serta pola hidup masyarakat dan lingkungannya yang masih nuansa pedesaan.
     Saat ini, Gunung Parang merupakan arena panjat tebing (Rock Climbing Area) yang sering dipergunakan oleh KOPASUS, WANADRI, MAPALA UI dan organisasi panjat tebing lainnya yang tergabung di dalam FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) serta HOT ROCK GLOBAL CHALLENGE  internasional yang berpusat di London.
     Untuk menciptakan suasana kenyamanan bagi wisatawan, terutama bagi para pemanjat tebing,  saat ini di Gunung Parang telah tersedia sarana stop over, berupa Saung Wisata, MCK di kaki lereng gunung sebelah timur dan Mushola, MCK serta pos jaga yang berada di sebelah barat.
     Jumlah pengunjung saat ini, mencapai 1.875  orang/tahun termasuk wisatawan yang berkunjung ke Makam Rd.Suryakencana
      Mengingat aktifitas wisata yang  utama di tempat ini adalah  panjat tebing dan ziarah maka,  pengembangan wisata yang diusulkan, adalah Adventure  and Pilgrimage Tourism Area
 perpaduan potensi wisata petualangan dan  ziarah  dalam koridor pengembangan obyek wisata 
                  minat khusus.

6.     Curug Cipurut
      Curug Cipurut terletak de Desa Sumurugul Kecamatan Wanayasa atau sekitar 26 km dari Kota Purwakarta.   Curug Cipurut merupakan air terjun alami (water full) yang memiliki kejatuhan air sekitar 30 meter atau ketinggian lokasi sekitar 750 meter dari permukaan laut.
      Kejatuhan air ditopang dengan batu cadas yang berundak-undak dikelilingi oleh pohon-pohon pinus dan perkebunan teh hijau, perkebunan padi serta pemandangan alam Gunung Burangrang merupakan pemandangan alam yang memberikan kesan tersendiri bagi pengunjung.
      Saat ini Curug tersebut sudah banyak dikunjungi wisatawan, terutama  yang berasal dari  Bandung, Jakarta, Bekasi, Karawang dan Purwakarta sendiri. Sampai bulan  mei 2004 ini saja telah mencapai 3.250 orang pengunjung.
      Dilihat dari potensi yang ada dan prediksi kebutuhan kegiatan pariwisata ke depan,  arahan pengembangan wisata yang diusulkan, adalah pengembangan obyek wisata alam yang bentuk kegiatannya disesuaikan dengan kondisi pasar wisatawan. 
       Dari hasil survey lapangan diketahui, bahwa pangsa pasar di Curug Cipurut ini lebih didominasi oleh kalangan remaja.  Untuk itu disarankan agar dapat menyiapkan fasilitas  wisata remaja berupa penataan sarana fisik, seperti halnya kegiatan untuk camping, hiking, jogging, horse riding dan untuk kegiatan out bound berupa fasilitas  lintas alam dilengkapi dengan sarana pemandian.
  =>  untuk  Camping Ground : diusulkan di sebelah timur dimana tanahnya agak datar, dekat pohon pinus, kebutuhan lahan   sekitar  500 meter persegi, diperkirakan dapat menampung  7 buah tenda.
=> Fasilitas Hiking dan jogging  : ditatanya  jalan setapak yang sudah ada yang semula luasnya hanya 1 s/d 2 meter diperlebar  menjadi 2 meter.  Pekerjaan ini dapat dimulai dari batas akhir Desa Sumurugul sampai ke lokasi Curug Cipurut sekitar 1,5 km.
=>  Horse Riding : khusus untuk wisata berkuda pembuatan jalur jalan baru pada sebelah barat yang  dimulai dari batas akhir desa Sumurugul, sampai ke lokasi Curug Cipurut. sepanjang 1,5 km Lebar jalan 1,5 meter.    
                   => Untuk kegiatan Out Bound :  diusulkan start  dari Situ Wanayasa (Gedung Balai  kahuripan) jalan kaki ke Desa Sumurugul (sekitar 2,5 km)-Curug Cipurut-mendaki Hutan pinus (Gunung Burangrang)-Curug Garacina (sekitar 4,5 km)-Curug Cimalangnengah (0,5km)-Gua Jepang (0,5 km) dan berakhir di Desa Kiara Pedas (4,5 km). Kecuali Curug-Cipurut-Curug Garacina jalur jalan baru, jalur jalan yang lain merupakan jalur jalan yang sudah ada.
           
                     7. Air Panas Ciracas :
                          Air Panas Ciracas terletak di Desa Ciracas Kecamatan Kiarapedas atau sekitar  30 km dari Kota Purwakarta. Lokasinya di kaki bukit yang dikelilingi oleh pepohonan, pematang sawah dengan hamparan yang cukup luas menggambarkan nuansa alam pedesaan.  Pada bagian utara tampak panorama alam yang indah  serasa menyatu dengan nafas kehidupan masyarakat
                          Di tempat ini terdapat sekitar 12 titik sumber mata air panas (hot spring), beberapa di antaranya berlokasi di pematang sawah milik masyarakat.   Menurut keterangan masyarakat setempat, mandi di sumber air panas alam tersebut di samping dapat memberikan kesegaran jasmani juga dapat memberikan penyembuhan untuk pengobatan penyakit kulit, rematik, pegal-pegal dan lain sebagainya.
                        Saat ini, walupun tempat tersebut belum dikelola secara komersial, tetapi telah  mendapat kunjungan, terutama pengunjung yang berasal dari daerah Karawang, Subang dan Purwakarta sendiri.
                         Dilihat dari potensi wisata yang ada, bentuk pengembangan pariwisatanya lebih sesuai kearah  Country Side Tourism .Untuk itu diperlukan fasilitas wisata seperti halnya sarana kebutuhan untuk mandi (bath) berjemur (basking) menginap (home stay atau pondok wisata)
                   Makan minum (café) tempat parkir kendaraan (park area) dan taman terbuka .
                   =>  Untuk  Mandi,  diusulkan penataan/rehab  ruangan mandi yang sudah ada baik yang di sebelah kiri maupun yang sebelah kanan jalan. Yang di sebelah kanan jalan diperlukan penataan lahan dan bangunan yang lebih luas lagi dengan cara menambah bangunan untuk kolam renang terbuka  Lahan yang diperlukan sekitar  30  x 15  meter persegi termasuk untuk sarana berjemur bagi wisatawan.
                    => Untuk sarana penginapan, 2 buah bangunan, disarankan di sebelah utara sekitar 100 meter dari jalan raya atau pondok wisata 4 kamar yang bernuansa alami. Ukuran 10 x 15 meter, tinggi 3 meter dilengkapi dengan tempat mandi air panas       (lokasinya persis di pematang sawah milik masyarakat)
                    => Makan dan Minum, diusulkan café 3 x 5 meter, tinggi 2,5 meter dibangun di sebelah barat berdekatan dengan pemukiman penduduk
                    => Areal parkir, penataan sarana parkir seluas 5 x  750 meter diusulkan di sebelah timur menggunakan batas-batas parkir dari besi atau pondasi  berjarak 3,5 meter.
                    => Saung terbuka,  1 buah saung terbuka seluas 2 x 3 meter tinggi 2, 8 meter dibangun  di samping kiri areal parkir    
                   
=> Wisata Budaya :
           Wisata Budaya
                   Kebudayaan secara sederhana dapat diartikan sebagai perwujudan dan kemampuan manusia dalam berkarya dan menyesuaikan diri secara aktif terhadap lingkungannnya.  Dengan kata lain, kebudayaan merupakan pola tingkah laku, baik secara nyata maupun tidak nyata yang diperoleh serta diwariskan melalui proses belajar. Hasil proses belajar itu dapat berupa gagasan, nilai-nilai, lambang-lambang, seperti benda-benda dan peralatan, pola  dan tingkah laku manusia. Secara umum kebudayaan itu diaplikasikan dalam bentuk, Situs,BCB, Permainan Rakyat, Kesejarahan, Nilai Tradisional, Cerita Rakyat, Permainan Rakyat, Upacara Tradisional, Naskah Kuno, seni dan sebagainya
                   Bagi pariwisata, kebudayaan merupakan  mata rantai dari proses atas unsur-unsur atau komponen kebudayaan yang mempunyai nilai atau daya tarik wisata  untuk  dikemas dan pada akhirnya  menjadi produk wisata atau atraksi wisata. Bentuk produk wisata yang ditawarkan atau dijual sangat tergantung kepada permintaan, tuntutan  konsumen atau segmen pasar yang berlaku.  Bagi Purwakarta komponen kebudayaan   yang memiliki daya tarik wisata  antara lain sebagai berikut :

1.              Kerajinan Keramik Plered :
            Sentra kerajinan kramik Plered, terletak di Desa Anjun Kecamatan Plered, sekitar 15 km dari kota Purwakarta. Di tempat ini, sekitar 50 pengrajin/toko membuat dan memasarkan  aneka kerajinan tangan mulai dari pengolahan tanah liat, proses pembuatan, pengeringan, pembakaran pada tungku, desain sampai kepada pemolesan (glosir) warna yang bernilai seni dan siap untuk dipasarkan.  Ukuran dan bentuk cinderamata yang sudah jadi cukup bervariasi, antara lain seperti asbak, gantungan kunci, pas bunga, tempat bolpoin, tempat tisu, kendi, gentong, guci, meja, kursi, asesori dan lainnya.  Aneka kerajinan kramik yang dihasilkan sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan cinderemata maupun koleksi pribadi.
      Saat ini cinderamata keramik Plered sudah menjadi komoditi ekspor ke berbagai negara, seperti Jepang, Belanda, Thailand, Singapore, Brunai Darusalam dan yang lainnya.
Sedangkan untuk komoditi dalam negeri sudah dipasarkan di Bandung, Jakarta, Surabaya,Medan, Jogyakarta, Bali dan di beberapa kota besar lainnya.
      Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke tempat tersebut dapat dilakukan dengan kendaraan umum, bus atau kendaraan pribadi.  Kendaraan umum tersedia angkutan kota, berupa mini bus jurusan Cikampek-Plered.
           Untuk wisata pendidikan, bagi para pelajar atau wisatawan yang ingin mencoba latihan, dapat langsung mengerjakan sendiri di LitBang Keramik Plered. Saat ini 12  orang pemandu wisata setempat siap melayani kebutuhan perjalanan wisata melalui Paket Wisata Kriya  yang sudah dikemas secara regular.

2. Desa Wisata Bojong :

              Desa Wisata Bojong terletak di Desa  Pasanggrahan Kecamatan Bojong, sekitar 35 Km dari Kota Purwakarta, kurang lebih 650 meter dari permukaan laut.   Temperatur udara rata-rata berkisar antara 17 s/d 20 Derajat Celsius.  Dikelilingi pepohonan, bukit hamparan sawah, pemandangan alam Gunung Burangrang dan areal perkebunan rakyat.  Jaringan jalan yang melintasi Desa Wisata Bojong, meliputi jalan kabupaten, jalan desa, jalan batu dan jalan tanah.

             Desa Wisata Bojong merupakan tempat wisata pendidikan di alam terbuka dan tempat pembinaan siswa yang bernuansa pedesaan memiliki karakteristik yang khas (terutama rumah panggung ditata sedemikian rupa) sehingga berfungsi sebagai sarana wisata berupa akomodasi bagi para pelajar.

             Daya tarik utama, Desa wisata Bojong, terletak pada masyarakatnya yang sangat Well Come terhadap kehadiran pengunjung atau wisatawan.  Saat ini saja, tidak kurang dari 12 sekolah lanjutan atas maupun akademi yang berasal dari Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Bogor telah menyelenggarakan Pembinaan Kesiswaan  berupa bimbingan pendidikan, observasi, latihan kepemimpinan dasar siswa termasuk bhakti sosial yang dikerjakan langsung bersama masyarakat.

              Keuntungan yang diperoleh, adalah meningkatnya kualitas SDM Siswa sekaligus termotivasinya masyarakat setempat untuk meningkatkan SDM maupun penataan lingkungannya.   Potensi lokal yang dapat dikembangkan menjadi usaha cinderamata saat ini, antara lain hasil kerajinan rakyat seperti halnya gula aren, gula kawung, borondong, dodol, ranginang dan kerajinan batok kelapa.

              Kemudian untuk pengembangan prasarana wisata, tahap awal yang diperlukan, adalah penataan MCK, gapura, jalan aspal, papan petunjuk menuju lokasi dan jembatan gantung  yang lebih representative di atas sungai Kampung Tajur.

     Selanjutnya ke depan, arahan pembangunan pariwisata yang diusulkan, adalah  pengembangan wisata budaya, seperti halnya penataan penambahan/perluasan rumah panggung yang sudah ada saat ini,  usaha home stay, cottage penataan panggung kesenian atau pasar seni rakyat yang memberikan keuntungan ekonomis.

 3.  Home Industry Kain Songket
              Home industri kain songket didirikan pada tahun 1954 berlokasi di Jalan Suryawinata Nomor 5 Tlp (0264) 201185 Purwakarta. Produk yang dihasilkan merupakan aneka kain songket, kebaya dan selendang. Barang yang sudah jadi antara lain berupa taplakmeja, tas,serbet dan sarung polong yang semuanya dikerjakan dengan teknologi sederhana.
              Daya tarik utama kain songket tersebut, terletak pada keindahan corak dan kehalusan tenun dipadu dengan keserasian warna. Produknya mencerminkan karya seni yang khas dan cocok untuk kebutuhan Souvenir  atau cinderamata maupun koleksi pribadi.


4.  Rumah Adat Citalang
              Rumah Adat Citalang merupakan rumah kuno yang terletak di dusun Karangsari Desa Citalang atau sekitar 4 Km dari kota Purwakarta. Tempat ini, peninggalan dari Raden Mas Sumadirja yang dibangun sekitar tahun 1905.  Dahulunya, Raden Mas Sumadirja, adalah putera Bupati Brebes yang diberi tugas berjuang mengusir penjajahan Belanda di Batavia. Beliau berangkat ke Batavia bersama 3 orang saudaranya dibantu para prajuritnya. Akibat pertempuran dan ketidakseimbangannya kekuatan, pasukan Raden Mas Sumadirja terdesak mundur mencari tempat penyelamatan, menghindar ke Karawang ke Plered dan akhirnya ke Desa Citalang.
               Di Desa Citalang, beliau membangun rumah adat, hidup telah menetap dan berbaur dengan masyarakat. Karena disenangi masyarakat, beliau ditunjuk dan dilantik sebagai Kepala Desa Citalang yang ke III. Kepala Desa pada zamannnya mendapat julukan Patinggi, dan kepada Raden Mas Sumadirja diberi julukan Patinggi III.
              Karena ruangan pada rumah tersebut dipandang cukup memadai, maka disamping sebagai tempat pemukiman juga dipergunakan sebagai kantor untuk penyelenggaraan pemerintah desa.
              Panjang rumah 16 meter lebar 8 meter, berbentuk rumah panggung, tinggi sekitar 4 meter, bahan bangunannya terbuat dari kayu, bambu, batu cadas dan genteng.
              Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 230 / C.1 / FS.3 / 93 tanggal 8 Juni 1993 Rumah Adat Citalang ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya (BCB) digolongkan sama dengan kelompok bangunan/situs peninggalan sejarah dan purbakala Jawa Barat.  Sampai sekarang tempat tersebut masih terpelihara dengan baik.
               Arahan pengembangan kepariwisataan yang diusulkan, adalah pengembangan wisata budaya berupa Haritage Tourism Area  atraksinya benda-benda sejarah.
 5.  Gedung Stasion Kereta Api  :
             Gedung Stasion Kerata Api terletak di Jalan KK.Singawinata (Ceplak) dibangun sekitar tahun 1800 an, ciri bangunan khas kolonial Belanda, luas bangunan sekitar 1250 M2. Bentuk bangunan tinggi, terbuat dari bata merah, sepadan dengan dengan ukuran slup besi besar, pintu  dan jendela terbuat dari kayu jati, tahan getaran, kedap suara. 
             Memiliki nilai histories bagi system jaringan transportasi perketaapian di Jawa Barat.   Di areal ini, terdapat Dipo, sebuah bangunan kuno yang dipergunakan sebagai sarana perbengkelan.   Pembangunan kepariwisataan ke depan yang diusulkan, adalah Pengembangan Wisata Budaya  melalui penataan gedung, fasilitas rekreasi seperti taman untuk menunggu keberangkatan,  fasilitas untuk usaha cinderamata dan taman bacaan.

 6.  Bangunan Kembar : 
    Bangunan Kembar terletak di Jalan KK.Singawinata, persis di depan stasion kereta api Purwakarta, Gedung Kembar dibangun sekitar tahun 1800an pada masa Kolonial belanda.  Bentuk kontruksi bangunan tinggi kembar terbuat dari bata merah dan besi slup besar plesteran kapur dengan pasir.  Ruang pintu dan jendela luas, kedap suara, gaya arsitektur yang khas dan historis.
    Dahulunya bangunan kembar tersebut dipergunakan sebagai salah satu kantor dalam menyelenggarakan pemerintahan.  Sekarang dipergunakan sebagai kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Lembaga Veteran Republik Indonesia (LVRI).   Untuk pembangunan kepariwisataan, ke depan disarankan pengembangan  wisata budaya  dengan menata sarana yang ada untuk musium sejarah, perpustakaan daerah melengkapi pengembangan wisata budaya di areal gedung station kerata api.

7.  Gedung Pendopo :
           Gedung Pendopo terletak di Jalan Gandanegara No.25 Purwakarta. Dibangun sekitar tahun 1800an oleh pemerintah Hindia Belanda.  Luas areal sekitar 17.590 M2.  Konstruksi bangunan dari bata merah besar yang sudah dibentuk sedemikian rupa, plesteran pasir dan kapur, pintu, jendela, ventilasi lebar dan tinggi, kedap suara. Atap, atap genteng pilihan.   Jarak, lokasi masing-masing kantor ditata sedemikian asri, sehingga memberikan kesan tersendiri bagi yang melihatnya, terutama pandangan  mata dari alun-alun Kiansantang dan  Mesjid Agung Purwakarta. Saat ini, sekitar  pendopo merupakan kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta.

8.  Gedung Keresidenan  :
           Gedung ini terletak di Jalan Siliwangi No.1  Purwakarta Tlp.0264  200945 dibangun pada tahun 1854 oleh pemerintah colonial Hindia Belanda.  Luas areal sekitar 1,5 hektar, konstruksi bangunan terbuat dari bata merah yang sudah dipoles sedemikian rupa, plesteran pasir dengan kapur, pintu, jendala dan ventilasi luas, kedap suara.  Memiliki keasrian dan ruangan yagn cukup nyaman, khususnya pada ruangan-ruangan kantor, lokasi, jarak taman dan keindahan lingkungan sekitarnya. Keindahan khas terpancar pada pandangan mata, apabila dilihat dari jalan raya dan dari arah Situ Buleud.
            Ke depan, untuk pembangunan pariwisata diusulkan  pengembangan objek wisata budaya dengan bentuk kegiatannya, antara lain sarana perpustakaan, tempat penyimpanan naskah kuno dan seni, terutama seni lukis dan tari-tarian khas daerah Purwakarta.

Potensi Seni
Seni

         Dengan bahasa sederhana, seni dapat diartikan sebagai karya ciptaan manusia yang diwujudkan dalam bentuk benda, gerak, tari dan lagu.  Seni itu sendiri dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi jaman yang berlaku.
        Bagi pariwisata, produk yang dihasilkan melalui karya seni merupakan sarana atau wahana kebudayaan yang mempunyai nilai ekonomis, menjadi produk wisata, terutama karena salah satu kebutuhan wisatawan berkunjung di suatu  daerah atau negara, adalah keinginan untuk menikmati atraksi wisata,  antara lain berupa pementasan kesenian daerah.
        Purwakarta yang merupakan bagian dari Jawa Barat, memiliki kesenian daerah yang bersumber dari kesenian Jawa Barat itu sendiri.   Sesuai dengan trend atau perubahan jaman, seni Purwakarta pun berkembang sampai akhirnya memiliki identitas tertentu, terutama dalam bentuk, gerak, tari versi, gaya, peralatan dan busana.
        Jenis kesenian yang ada di Purwakarta, antara lain kliningan, celempungan, degung, calung, reog, wayang golek, pencak silat, terbangan, tembang sunda cianjuran, jenaka sunda, debus, sandiwara rakyat, jaipongan, gotong singa, buncis, tutunggulan kuntulan, kecapi suling, odong-odong dan gondang. Jenis-jenis kesenian tersebut dikembangkan oleh masyarakat (lembaga seni) yang tersebar di wilayah kecamatan.  Kesenian yang sudah dikemas menjadi produk wisata, antara lain :
    
    1. Kuntulan
         Seni Kuntulan merupakan seni yang bernafaskan islami, berbentuk waditra qosidah atau tagoni diiringi musik dan tarian bernuansa silat. Para pemainnya berbaris seperti burung kuntul, menyuguhkan jurus-jurus silat atraktif, sementara penabuhnya menyanyi sambil menari. Jumlah pemain sebanyak 22  orang, memakai pakaian pangsi, jubah putih-putih dan peci kerepus.  Alat kesenian yang dimainkan, adalah genjring dan bedug besar. Waktu pementasan sekitar 30 menit.  Fokus atraksinya terletak pada ketangkasan gerak dalam gerak memainkan 11 jurus silat Sechbandar.
    Jamiatu Suban yang beralamat di Dusun Sukahaji Kelurahan nagri Kidul, adalah salah satu grup   kesenian Kuntulan yang  telah memiliki nama dan reputasi. 

2. Buncis
         Seni Buncis merupakan seni atraktif dan variatif, karena terdapat unsur seni tabuh, dog-dog, angklung, nyanyian, tarian lawak dan cerita tradisional.  Pemain pria, memakai celana pangsi, baju kampret dan kain ikat kepala.   Wanitanya memakai kain sinjang, baju kebaya, rambut disanggul.  Lama pentas sekitar satu jam.  Alat musik yang dipergunakan hampir sama dengan kesenian angklung atau karawitan lainnya kecuali dog-dog kecil dan 3 buah angklung serta dipadukan dengan gamelan (saron, boning, angklung, terompet dan bedug besar).  
         Seni Buncis dimainkan oleh satu orang penabuh dog-dog, tiga orang memegang angklung dibantu  tujuh nayaga serta enam  orang pemain pemeran cerita.  Fokus atraksi yang menarik dari dari seni buncis ini, terletak pada irama dan gerak serta pesan-pesan yang disampaikan melalui dialog humor (lawak).
        Grup Wikara yang beralamat di Jalan Basuki Rahmat,Gang Rusa IV.11 Purwakarta, merupakan salah satu grup kesenian Buncis yang telah memiliki nama dan reputasi, baik pada tingkat lokal, propinsi maupun nasional.  Seni Buncis sangat cocok dipentaskan bagi kebutuhan dalam acara syukuran, pernikahan, helaran dan penyambutan tamu pengunjung/wisatawan yang berkunjung di Purwakarta.


3. Reog
        Salah satu kesenian Purwakarta yang cukup luwes dan fleksible,  adalah Reog. Para senimannya bebas membuat alur cerita, tari, gagasan dan pesan-pesan yang disampaikan sejalan dengan perkembangan jaman. Pelaku seni reog biasanya empat orang wanita, membawa dog-dog  dibantu enam orang pangrawit. Busana yang dikenakan, kebaya tradisional, kain sinjang dan rambut disanggul. Lama pentas satu sampai dengan empat jam.  Alat yang dipergunakan, dog-dog, gendang, gendang, goong dan terompet. Fokus atraksi yang menarik seni roeg terletak pada gerak dan lagu yang seirama dengan suara gendang.
       Sekarang ini, reog tidak saja merupakan sarana dalam penyampaian pesan informasi. Lebih jauh telah berkembang menjadi  bagian dari atraksi wisata Purwakarta yang ditawarkan/dijual kepada pengunjung atau wisatawan.
        Arumsari yang beralamat di Perum Purnayudha (Sadang) Desa Ciwangi Kecamatan Bungursari merupakan salah satu contoh grup kesenian yang cukup diperhitungkan.
       
 4.  Calung
   Calung, merupakan salah satu kesenian rakyat yang tumbuh dan berkembang mengikuti sirkulasi kehidupan lingklungan.    Bekermbangnya seni calung ditandai dengan penelaahan idiom pada calung jinjing, layangsari dan rantai banjaran.  Calung itu sendiri terbuat dari bambu pilihan yang telah dikemas sedemikian rupa sehingga menghasilkan irama dengan nada pentanonis (da mi na ti la da).
   Untuk pementasan, alat musik yang dipergunakan, adalah calung salendra, pelok , diatonis dan gamelan salendro.  Busana pemain, celana kampret, sarung, baju pangsi dan ikat kepala yang terbuat dari kain. Lama pementasan antara dua sampai dengan empat jam.
   Fokus yang menarik pada seni calung, terletak pada bunyi atau suara yang dihasilkan dari instrumen bambu  dan dialog komunikatif dengan paduan iringan gamelan.  Dayang Sumbi yang beralamat di Jl.Basuki Rachmat, Gang Rusa IV no. 11 Purwakarta merupakan salah satu grup seni calung yang cukup digemari oleh pengunjung atau wisatawan.  Grup calung ini telah dikenal lama dan mendapat tempat di hati masyarakat.

 5.  Pencak Silat
   Pencak silat merupakan salah satu unsur kebudayaan rakyat yang telah mengakar dari masa ke masa.     Bagi Jawa Barat, khususnya Purwakarta Pencak silat telah melembaga menjadi bagian dari sendi-sendi kehidupan sosial masyarakat yang terakomodasi dalam wadah paguyuban-paguyuban.
   Pada awalnya, pencak silat merupakan salah satu upaya atau alat pertahanan atau bela diri dari ancaman pribadi maupun kelompok. Kemudian tumbuh dan berkembang menjadi ajang bergengsi menunjukan kemahiran yang klimaksnya dilaksanakan dalam bentuk festival atau kompetisi. Lebih jauh, di samping sebagai wahana kompetisi terus berkembang menjadi produk (wisata) yang mempunyai nilai jual dan akhirnya memberikan nilai tambah bagi kehidupan masyarakat.
   Sekarang ini, pencak silat sudah merupakan bagian dari komponen atraksi wisata yang siap dipentaskan di dalam acara perhelatan, penyambutan tamu, pengunjung atau wisatawan. 
   Tali Wargi, berlokasi di Babakan Gudang Desa Plered Kec.Plered Kab.Purwakarta, adalah salah satu grup pencak silat yang sudah mempunyai kedudukan sejajar dengan dengan komponen grup kesenian calung, reog, buncis dan kuntulan.
    Komposisi pencak silat Tali Wargi, adalah sebagai berikut :
Jumlah pemain  dua puluh  orang, terdiri dari pria dan wanita ditambah dengan 4 orang wiyaga.  Dua orang pemukul kendang,  satu orang juru terompet dan satu orang lagi juru goong.   Busana yang dikenakan, celana pangsi hitam, baju kampret ditambah ikat pinggang dan ikat kepala yang terbuat dari kain batik.
    Fokus atraksi yang menarik pada pencak silat grup Tali Wargi ini, adalah keindahan ketangkasan gerak, dipadu dengan dinamisnya kendang, goong dan melengkingnya bunyi suara terompet.

=>  Wisata Minat Khusus

1.    Objek Wisata Gunung Parang
       Gunung Parang merupakan Objek Wisata Petualangan Minat Khusus yang berlokasi di kampong Cihuni Desa Sukamulya Kecamatan Tegalwaru, sekitar 28  Km dari Kota Purwakarta atau 79 Km  dari Kota Bandung.  Memiliki ketinggian sekitar 983 meter dari permukaan laut dengan temperature rata-rata berkisar antara 28 sampai dengan 30 derajat Celsius.
        Karakter Gunung Parang, adalah Multy Grade,  artinya tingkat kesulitan pendakian bervariasi. Mulai dari yang termudah, Grade I (class 5.0-5.4)  sampai dengan yang paling sulit (class 5.5 s/d 5.13).   Dengan melihat karakter dan ketinggian yang cukup, di mana tebing terjal mencapai 580 meter, maka Gunung Parang memiliki klasifikasi sebagai dinding tebing yang tertinggi dan tersulit di Indonesia, sehingga muncul slogan atau pameo di antara para pemanjat” Seseorang belum dapat disebut sebagai pemanjat Indonesia, kalau belum pernah memanjat Gunung Parang.
       Daya tarik utama, terletak pada tebing bagian timur, karena batunya keras (batu granit) dan lerengnya curam 
       

2.    Objek  Wisata Gua Jepang
Gua Jepang terletak di Desa Pusakamulya Kiarapedes atau 28 Km dari kota Purwakarta, memiliki ketinggian sekitar 700 meter dari permukaan laut, temperatur/suhu udara berkisar antara 17 sampai dengan 20 derajat Celsius. Dikelilingi perkebunan the, pohon pinus, cengkeh, manggis dan termasuk dalam kawasan puncak Gunung Burangrang.
Jaringan jalan yang melintasi Desa Pusakamulya, meliputi jalan Kabupaten, jalan desa, kerikil dan jalan tanah, terutama sepanjang 2 Km menuju lokasi Gua Jepang masih jalan setapak.
Gua Jepang merupakan gua buatan yang dibangun oleh Jepang (Romusa) sekitar tahun 1943 untuk digunakan sebagai tempat persembunyian. Cara pembuatannya menggunakan sistem aplusan (seep) yang lamanya sekitar 2 sampai dengan 7 hari secara bergantian, panjang gua sekitar 200 meter, tinggi 2 sampai dengan 3 meter, lebar 4 sampai dengan 5 meter. Memiliki 3 pinti masuk/keluar, 12 kamar berbentuk huruf T dengan ukuran kamar-kamar antara 3 sampai dengan 6 meter menyerupai huruf U (memutar).
Di sebelah utara, terdapat Curug Gara Cina, yang memiliki kejatuhan air sekitar 20 meter dan Curug Cimalangnengah setinggi 30 meter. Menurut hasil studi, Gua Jepang layak untuk dikembangkan menjadi objek wisata budaya.

Kemudian untuk pengembangan pariwisatanya diusulkan pengembangan objek wisata alam berupa camping ground, horse riding, lintas alam dan agro wisata. Sedangkan wisata budaya di sarankan, berupa penataan desa wisata, cinderamata dan pemanfaatan kesenian setempat.
 
3.    Objek Wisata  Ziarah Makam Mama Sempur
KH. TB. Ahmad Bakry dilahirkan di Desa Citeko Plered, setelah menginjak dewasa belajar kepondok pesantren Sempur, untuk menggali dn memperdalam ilmu keagamaan baliau belajar ke Cirebon, Jawa Tengah, Jawa Timur dank e Mekah.
Setelah merasa cukup, kembali ke Desa Sempur untuk mengamalkan ilmu pengetahuannya kepada masyarakat dan mulai hidup menetap di Desa Sempur. KH. TB. Ahmad Bakry, atau lebih dikenal dengan Mama Sempur wafat tahun 1975 pada usia 128 tahun, dimakamkan di Desa Sempur Kecamatan Plered, sekitar 16 Km dari pusat kota atau waktu tempuh (lama perjalanan sekitar 30 menit). Mama Sempur pada zamannya, adalah ulama besar dan disegani.
Sekarang ini, makam Mama sempur merupakan tempat wisata budaya berupa ziarah, pengunjung dating selain dari Purwakarta sendiri juga dari Bandung dan sekitarnya, Cirebon, Subang, Karawang, Bekasi, Cianjur, Bogor, Jakarta dan dari luar Propinsi Jawa Barat, seperti Banten, Lampung, Semarang, Jogyakarta dan Surabaya.
Melihat dari jumlah kunjungan yang terus meningkat dan untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan pengunjung, maka sudah saatnya Makam Mama Sempur dikembangkan menjadi objek wisata budaya, bentuk penataannya disesuaikan dengan kondisi sarana dan prasarana yang sudah tersedia, terutama penataan sarana ibadah, space makam, jalan masuk menuju lokasi, areal parkir, cinderamata dan kebutuhan akomodasi.
Arahan pengembangan paket wisata budaya adalah wisata ziarah, paket wisata yang diusulkan adalah Makam Mama Sempur Syech Baing Yusuf – Dalem Santri.



4.    Objek Wisata  Ziarah Makam Baing Yusuf
Syech Baing Yusuf yang lahir dan dibesarkan di Bogor, zamannya merupakan seorang ulama besar yang terpandang dan disegani. Menginjak dewasa, berkelana mencari ilmu ke berbagai daerah di pulau jawa, bahkan sampai ke Madagaskar mengembara bersama pelaut nusantara.
Setelah ibadah haji usai, beliau mengamalkan ilmu pengetahuannya kepada masyarakt dan mulai hidup menetap di Purwakarta. Beliau bermukim di kaum ( Paimbaran Mesjid Agung ) Purwakarta dan mendirikan pondok pesantren sebagai salah satu sarana, tempat pembelajaran bagi pengikut dan murid-muridnya, dari sekian banyak murid, salah satu diantaranya adalah Syech Nawawi Al Batoni yang bermukim di Mekah.
Melengkapi pengamalannya, beliau membuat buku fiqih dan tafsir sunda yang sampai sekarang masih terasa kegunaannya dan manfaatnya bagi masyarakat.

1 komentar:

  1. Wah, terima kasih bro usdah menulis artikel tentang obyek wisata purwakarta,
    kami ada di purwakarta, toko batik gan, Toko Batik Purwakarta, thanks

    BalasHapus