Perpindahan Ibukota
Kabupaten Karawang Dari Wanayasa ke Sindangkasih
Ketika Kabupaten
Karawang diperintah oleh Bupati R.A. Suriawinata (1829 – 1849), ibukota
kabupaten dipindahkan lagi dari Wanayasa ke Sindang-kasih. Pada masa Hindia
Belanda, perpindahan ibukota kabupaten bukan hal yang aneh, karena memang
terjadi di beberapa daerah. Di Priangan misalnya, antara awal sampai dengan
pertengahan abad ke-19, sejumlah kabupaten mengalami perpindahan ibukota.
Beberapa kabupaten bahkan mengalami perpindahan ibukota berulangkali. Misalnya,
tahun 1810 ibukota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Krapyak (Dayeuhkolot
sekarang) ke kota Bandung yang didirikan tahun itu. Pada tahun
yang sama, ibukota Kabupaten Parakanmuncang dipindahkan ke Andawadak (kira-kira
Tanjungsari, Sumedang sekarang). Tahun 1815 ibukota Kabupaten Galuh dipindahkan
(perpindahan kedua kali) dari Imbanagara ke Cibatu (Ciamis). Tahun 1832 ibukota
Kabupaten Sukapura di-pindahkan dari Sukaraja ke Pasirpanjang (perpindahan
ketiga kali), kemudian ke Manonjaya13) Pemindahan ibukota kabupaten
pada dasarnya adalah inisiatif bupati yang bersangkutan.
Mengacu pada
pemindahan ibukota kabupaten-kabupaten di Priangan, diduga pemindahan ibukota
Kabupaten Karawang pun adalah gagasan bupati yang disetujui oleh asisten
residen dan residen. Perpindahan ibukota kabupaten tentu memiliki alasan dan
tujuan. Dalam perpindahan ibukota kabupaten-kabupaten di Priangan, selain
berdasarkan alasan yang sama, juga memiliki alasan yang berbeda. Akan tetapi,
tujuan utama perpindahan itu sama. Demikian pula tujuan utama perpindahan
ibukota Kabupaten Karawang ke Sindangkasih pada dasarnya sama dengan
perpindahan ibukota beberapa kabupaten di Priangan, yaitu untuk kelancaran
jalannya pemerintahan dan kemajuan kehidupan pemerintah serta masyarakat daerah
setempat.
Ibukota Kabupaten Karawang dipindahkan
dari Wanayasa ke Sindang-kasih berdasarkan dua alasan utama. Pertama, di Wanayasa sering terjadi gangguan
keamanan akibat ulah kelompok perampok. Kedua,
kota Wanayasa
yang terletak di bagian selatan Karawang, kurang strategis sebagai pusat
pemerintahan. Perpindahan ibukota Kabupaten Karawang ke Sindangkasih,
diperkirakan terjadi pada tahun 1830.14)
Menurut beberapa sumber tradisional,
proses perpindahan itu diawali oleh pencarian tempat yang dianggap baik untuk
pusat pemerintahan kabupaten. Pencarian tempat dilakukan oleh Bupati R.A.
Suriawinata disertai oleh penasehatnya. Dalam upaya mencari tempat itu, bupati
selalu meminta petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa melalui solat istikharah.
Memang ia sangat taat menjalankan ajaran agama (Islam). Setiap waktu dan di
setiap tempat, ia selalu membaca solawat. Oleh karena itu Bupati R.A.
Suriawinata mendapat julukan “Dalem Solawat” dari masyarakat pribumi
Karawang.
Sindangkasih dipilih menjadi pusat
pemerintahan Kabupaten Karawang menggantikan kedudukan Wanayasa, berdasarkan
beberapa pertimbangan. Pertimbangan itu menyangkut beberapa faktor. Pertama,
letak Sindangkasih cukup strategis bagi jalannya pemerintahan, karena berada di
bagian tengah daerah Karawang. Kedua, tanahnya subur dan arealnya
memungkinkan untuk dikembangkan. Ketiga, memiliki sumber air, yaitu
kubangan air yang kemudian dibangun menjadi Situ Buleud.
Keempat, suhu udara di Sindangkasih
cukup menyenangkan (berhawa sedang). Suhu udara demikian sangat disenangi oleh
para pejabat kolonial, antara lain residen dan asisten residen. Kelima,
keberadaan Cikao sebagai pelabuhan sungai, adalah salah satu faktor penting
bagi kehidupan ekonomi masyarakat daerah setempat. Dengan kata lain, Kondisi
Sindangkasih waktu itu dianggap lebih baik bila dibandingkan dengan kondisi
Wanayasa. Pertimbangan-pertimbangan itu memang sesuai dengan tradisi masyarakat
Sunda*) waktu itu dalam menentukan tempat
untuk pusat pemerintahan.15)
Mengenai asal-usul
tempat dan nama Sindangkasih, terdapat beberapa versi. Versi umum menyatakan,
bahwa sebelum Bupati R.A. Suriawinata pindah dari Wanayasa, tempat yang
kemudian diberi nama Sindangkasih, sudah berupa pemukiman dengan status kacutakan
(distrik). Akan tetapi keadaannya masih berupa kampung sangat sederhana. Lahan
di sekitarnya masih berupa hutan.
Versi itu juga
menyebutkan, bahwa nama Sindangkasih memiliki makna yang mengacu pada arti kata
sindang dan kasih. Dalam basa Sunda, sindang berarti
mampir atau singgah; kasih (dari kata asih) berarti sayang atau cinta
(Sunda : deudeuh, mikaresep). Menurut cerita dalam versi umum,
ketika Bupati R.A. Suriawinata beserta penasehatnya sampai ke tempat tersebut,
mereka mampir di perkampungan dan diterima oleh penduduk setempat dengan penuh
hormat dan rasa kasih. Berdasarkan kejadian itu, kampung tersebut kemudian
diberi nama Sindangkasih. Apabila cerita itu benar, pertanyaan yang timbul
adalah, apa nama asal kampung tersebut? Sebuah pemukiman penduduk, sejak awal
pun biasanya sudah memiliki nama. Hal itu berarti Sindangkasih adalah nama baru
yang diberikan kepada kampung yang disinggahi oleh Bupati R.A. Suriawinata,
dalam rangka mencari tempat untuk ibukota baru Kabupaten Karawang.
Sindangkasih Menjadi Purwakarta
Setelah
Bupati R.A. Suriawinata menetap di Sindangkasih, sebagian dari daerah itu
segera dibangun menjadi ibukota baru Kabupaten Karawang. Dapat dipastikan,
pembangunan kota itu didasarkan pada pola kota tradisional, dengan ciri utama
alun-alun sebagai pusat kota, pendopo di sebelah selatan alun-alun, masjid agung
di sebelah barat alun-alun, dan rumah keluarga bupati di sebelah timur
alun-alun. Pola kota
dengan ciri-ciri tersebut memang merupakan pola kota-kota lama di Jawa Barat
khususnya dan di Pulau Jawa umumnya.
Sindangkasih
sebagai ibukota Kabupaten Karawang diresmikan ber-dasarkan besluit
(surat keputusan) pemerintah kolonial tanggal 20 Juli 1831 nomor 2,
dengan nama baru, Purwakarta16) Akan tetapi, nama
Sindangkasih tetap digunakan, yaitu sebagai nama distrik di wilayah ibukota
kabupaten (sekarang menjadi nama desa). Surat
keputusan tersebut adalah sumber akurat dan primer serta mengandung makna
yuridis formal. Oleh karena itu, tanggal 20 Juli 1831 merupakan fakta sejarah
tentang berdirinya kota/daerah bernama Purwa-karta*).
Ketika Purwakarta diresmikan sebagai ibukota kabupaten, besar ke-mungkinan
wilayah kota
itu masih kecil.
mencari tempat untuk ibukota baru Kabupaten
Karawang. Menurut versi itu, kara purwa berasal dari kata purba,
nama bagian depan dari Purbasari. Versi mana yang paling mendekati kebenaran,
memerlukan penelitian secara khusus.
*) Menurut
kepercayaan tradisional masyarakat Sunda, kondisi lahan yang baik untuk pusat
pemerintahan harus seperti “Garuda ngupuk, bahé ngalér-ngétan, deukeut pangguyangan
badak putih”. Makna ungkapan itu adalah, letak dan kondisi lahan untuk
ibukota harus baik dari berbagai segi, serta dekat dengan sumber air.
*) Proses pendirian Purwakarta sebagai ibukota
Kabupaten Karawang, hampir sama dengan proses pendirian kota Bandung yang
diresmikan tanggal 25 September 1810 (Hardja-saputra, ed. 1999).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar