Rabu, 26 Desember 2012

Sindangkasih Cikal-bakal Purwakarta


Perpindahan Ibukota Kabupaten Karawang Dari Wanayasa ke Sindangkasih
Ketika Kabupaten Karawang diperintah oleh Bupati R.A. Suriawinata (1829 – 1849), ibukota kabupaten dipindahkan lagi dari Wanayasa ke Sindang-kasih. Pada masa Hindia Belanda, perpindahan ibukota kabupaten bukan hal yang aneh, karena memang terjadi di beberapa daerah. Di Priangan misalnya, antara awal sampai dengan pertengahan abad ke-19, sejumlah kabupaten mengalami perpindahan ibukota. Beberapa kabupaten bahkan mengalami perpindahan ibukota berulangkali. Misalnya, tahun 1810 ibukota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Krapyak (Dayeuhkolot sekarang) ke kota Bandung yang didirikan tahun itu. Pada tahun yang sama, ibukota Kabupaten Parakanmuncang dipindahkan ke Andawadak (kira-kira Tanjungsari, Sumedang sekarang). Tahun 1815 ibukota Kabupaten Galuh dipindahkan (perpindahan kedua kali) dari Imbanagara ke Cibatu (Ciamis). Tahun 1832 ibukota Kabupaten Sukapura di-pindahkan dari Sukaraja ke Pasirpanjang (perpindahan ketiga kali), kemudian ke Manonjaya13) Pemindahan ibukota kabupaten pada dasarnya adalah inisiatif bupati yang bersangkutan.
Mengacu pada pemindahan ibukota kabupaten-kabupaten di Priangan, diduga pemindahan ibukota Kabupaten Karawang pun adalah gagasan bupati yang disetujui oleh asisten residen dan residen. Perpindahan ibukota kabupaten tentu memiliki alasan dan tujuan. Dalam perpindahan ibukota kabupaten-kabupaten di Priangan, selain berdasarkan alasan yang sama, juga memiliki alasan yang berbeda. Akan tetapi, tujuan utama perpindahan itu sama. Demikian pula tujuan utama perpindahan ibukota Kabupaten Karawang ke Sindangkasih pada dasarnya sama dengan perpindahan ibukota beberapa kabupaten di Priangan, yaitu untuk kelancaran jalannya pemerintahan dan kemajuan kehidupan pemerintah serta masyarakat daerah setempat.
Ibukota Kabupaten Karawang dipindahkan dari Wanayasa ke Sindang-kasih berdasarkan dua alasan utama. Pertama, di Wanayasa sering terjadi gangguan keamanan akibat ulah kelompok perampok. Kedua, kota Wanayasa yang terletak di bagian selatan Karawang, kurang strategis sebagai pusat pemerintahan. Perpindahan ibukota Kabupaten Karawang ke Sindangkasih, diperkirakan terjadi pada tahun 1830.14)
Menurut beberapa sumber tradisional, proses perpindahan itu diawali oleh pencarian tempat yang dianggap baik untuk pusat pemerintahan kabupaten. Pencarian tempat dilakukan oleh Bupati R.A. Suriawinata disertai oleh penasehatnya. Dalam upaya mencari tempat itu, bupati selalu meminta petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa melalui solat istikharah. Memang ia sangat taat menjalankan ajaran agama (Islam). Setiap waktu dan di setiap tempat, ia selalu membaca solawat. Oleh karena itu Bupati R.A. Suriawinata mendapat julukan “Dalem Solawat” dari masyarakat pribumi Karawang.
            Sindangkasih dipilih menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Karawang menggantikan kedudukan Wanayasa, berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertimbangan itu menyangkut beberapa faktor. Pertama, letak Sindangkasih cukup strategis bagi jalannya pemerintahan, karena berada di bagian tengah daerah Karawang. Kedua, tanahnya subur dan arealnya memungkinkan untuk dikembangkan. Ketiga, memiliki sumber air, yaitu kubangan air yang kemudian dibangun menjadi Situ Buleud.

 
 


 Keempat, suhu udara di Sindangkasih cukup menyenangkan (berhawa sedang). Suhu udara demikian sangat disenangi oleh para pejabat kolonial, antara lain residen dan asisten residen. Kelima, keberadaan Cikao sebagai pelabuhan sungai, adalah salah satu faktor penting bagi kehidupan ekonomi masyarakat daerah setempat. Dengan kata lain, Kondisi Sindangkasih waktu itu dianggap lebih baik bila dibandingkan dengan kondisi Wanayasa. Pertimbangan-pertimbangan itu memang sesuai dengan tradisi masyarakat Sunda*) waktu itu dalam menentukan tempat untuk pusat pemerintahan.15)
Mengenai asal-usul tempat dan nama Sindangkasih, terdapat beberapa versi. Versi umum menyatakan, bahwa sebelum Bupati R.A. Suriawinata pindah dari Wanayasa, tempat yang kemudian diberi nama Sindangkasih, sudah berupa pemukiman dengan status kacutakan (distrik). Akan tetapi keadaannya masih berupa kampung sangat sederhana. Lahan di sekitarnya masih berupa hutan.
Versi itu juga menyebutkan, bahwa nama Sindangkasih memiliki makna yang mengacu pada arti kata sindang dan kasih. Dalam basa Sunda, sindang berarti mampir atau singgah; kasih (dari kata asih) berarti sayang atau cinta (Sunda : deudeuh, mikaresep). Menurut cerita dalam versi umum, ketika Bupati R.A. Suriawinata beserta penasehatnya sampai ke tempat tersebut, mereka mampir di perkampungan dan diterima oleh penduduk setempat dengan penuh hormat dan rasa kasih. Berdasarkan kejadian itu, kampung tersebut kemudian diberi nama Sindangkasih. Apabila cerita itu benar, pertanyaan yang timbul adalah, apa nama asal kampung tersebut? Sebuah pemukiman penduduk, sejak awal pun biasanya sudah memiliki nama. Hal itu berarti Sindangkasih adalah nama baru yang diberikan kepada kampung yang disinggahi oleh Bupati R.A. Suriawinata, dalam rangka mencari tempat untuk ibukota baru Kabupaten Karawang.

 Sindangkasih Menjadi Purwakarta

            Setelah Bupati R.A. Suriawinata menetap di Sindangkasih, sebagian dari daerah itu segera dibangun menjadi ibukota baru Kabupaten Karawang. Dapat dipastikan, pembangunan kota itu didasarkan pada pola kota tradisional, dengan ciri utama alun-alun sebagai pusat kota, pendopo di sebelah selatan alun-alun, masjid agung di sebelah barat alun-alun, dan rumah keluarga bupati di sebelah timur alun-alun. Pola kota dengan ciri-ciri tersebut memang merupakan pola kota-kota lama di Jawa Barat khususnya dan di Pulau Jawa umumnya.
            Sindangkasih sebagai ibukota Kabupaten Karawang diresmikan ber-dasarkan besluit (surat keputusan) pemerintah kolonial tanggal 20 Juli 1831 nomor 2, dengan nama baru, Purwakarta16) Akan tetapi, nama Sindangkasih tetap digunakan, yaitu sebagai nama distrik di wilayah ibukota kabupaten (sekarang menjadi nama desa). Surat keputusan tersebut adalah sumber akurat dan primer serta mengandung makna yuridis formal. Oleh karena itu, tanggal 20 Juli 1831 merupakan fakta sejarah tentang berdirinya kota/daerah bernama Purwa-karta*). Ketika Purwakarta diresmikan sebagai ibukota kabupaten, besar ke-mungkinan wilayah kota itu masih kecil.

 
            Mengapa ibukota baru itu diberi nama Purwakarta? Mengenai asal-usul dan arti nama Purwakarta pun terdapat beberapa versi. Versi umum menyatakan nama itu berasal dari kata purwa dan karta dalam bahasa Sansakerta. Purwa berarti yang pertama, karta berarti aman tentram dan tertib atau ramai. Akan tetapi penjelasan mengenai arti kedua kata itu berbeda antara satu versi dengan versi lain. Ada versi yang menghubungkan arti Purwakarta dengan perang Cina Makao. Versi lain menghubungkan kata itu dengan orang bernama Purbasari, salah seorang penasehat/kepercayaan Bupati R.A. Suriawinata yang besar peranannya dalam

mencari tempat untuk ibukota baru Kabupaten Karawang. Menurut versi itu, kara purwa berasal dari kata purba, nama bagian depan dari Purbasari. Versi mana yang paling mendekati kebenaran, memerlukan penelitian secara khusus.



*) Menurut kepercayaan tradisional masyarakat Sunda, kondisi lahan yang baik untuk pusat pemerintahan harus seperti “Garuda ngupuk, bahé ngalér-ngétan, deukeut pangguyangan badak putih”. Makna ungkapan itu adalah, letak dan kondisi lahan untuk ibukota harus baik dari berbagai segi, serta dekat dengan sumber air.
*) Proses pendirian Purwakarta sebagai ibukota Kabupaten Karawang, hampir sama dengan proses pendirian kota Bandung yang diresmikan tanggal 25 September 1810 (Hardja-saputra, ed. 1999).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar