Sejak ilmu manajemen
pertama kali dikenal, sebagian besar pakar, pengamat, serta praktisi manajemen
berpegang pada dua perangkat asumsi dasar mengenai realitas manajemen, yang
menuju pada suatu kesimpulan bahwa sisi dalam organisasi merupakan domain dari ilmu
manajemen. Sampai dengan awal tahun 1980-an semua asumsi tersebut, masih cukup
dekat dengan kenyataan keseharian, baik untuk bidang penelitian, penulisan,
pendidikan maupun manajemen praktis. Namun seiring dengan perubahan jaman,
asumsi-asumsi tradisional tersebut tidak lagi relevan, bahkan menjadi
penghalang bagi pengembangan teori dan praktek manajemen.
Berdasarkan
pertimbangan di atas, Drucker yang merupakan seorang pakar teori manajemen
terkemuka, berpendapat bahwa asumsi-asumsi yang selama ini digunakan perlu
dikaji ulang, untuk kemudian diformulasikan suatu asumsi baru yang mampu
memberikan informasi yang lengkap tentang teori dan praktek manajemen. Dengan
memaparkan latar belakang mengapa selama ini digunakan asumsi tradisional,
untuk kemudian diperbandingkan dengan kondisi saat ini, Drucker menegaskan
bahwa: manajemen harus difokuskan pada hasil dan kinerja organisasi yang
merupakan sisi luar dari organisasi. Karena itu manajemen menjadi alat khusus
yang membuat sebuah organisasi mampu membuahkan sebuah hasil. Dengan fungsi
tersebut, Drucker menawarkan suatu paradigma manajemen yang baru yaitu :
Perhatian dan tanggung
jawab manajemen merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja sebuah organisasi
dan hasil yang dicapai, baik di dalam maupun di luar organisasi, yang
terkontrol maupun tidak oleh organisasi tersebut.
Dengan paradigma
manajemen yang baru ini, asumsi dasar mengenai praktek dan prinsip manajemen
juga mengalami perubahan. Dalam buku ini Drucker memaparkan sejumlah tantangan
yang harus dihadapi manajemen dalam memasuki abad 21 yang penuh perubahan.
Tantangan yang pertama
adalah dalam hal mengatur strategi. Drucker melihat bahwa periode dimana
sekarang kita hidup merupakan bagian dari suatu transisi mendasar, dengan
dampak perubahan-perubahan yang jauh lebih besar dibandingkan yang terjadi pada
masa revolusi industri kedua ataupun perubahan struktural yang dipicu oleh masa
depresi (tahun 1930-an) serta Perang Dunia ke 2. Walaupun merupakan masa
transisi yang penuh dengan ketidakpastian, hal-hal yang pasti tetap diperlukan
yang dapat dijadikan dasar penyusunan strategi dan menurut Drucker realitas di
bawah ini merupakan hal yang pasti di masa datang:
- turunnya angka kelahiran di
negara maju
- terjadinya pergeseran
distribusi disposable income masyarakat
- redefinisi dari kinerja
korporasi
- adanya kompetisi global
- ketidakselarasan antara
perekonomian dan politik
Bagaimana kelima
realitas yang bersifat pasti akan sangat mempengaruhi suatu organisasi, apapun
bidang tugas organisasi tersebut, digambarkan dengan jelas oleh Drucker. Drucker menegaskan bahwa kelima realitas tersebut, harus
menjadi pertimbangan mutlak bagi suatu organisasi dalam menyusun strategi ke
depan. Jika suatu organisasi mengesampingkan ke lima hal tersebut, maka,
menurut Drucker, organisasi tersebut tak akan mampu menjawab tantangan yang
pasti muncul dalam masa terjadinya ketidakpastian, perubahan struktural,
ekonomi, sosial, politik dan transformasi teknologi .
Mengiringi masa
transisi, diperlukan pula pemimpin yang mampu menghadapi perubahan. Drucker
menekankan bahwa seseorang tak akan dapat mengatur perubahan, yang bisa
dilakukannya adalah melangkah di depan perubahan tersebut. Karena itu jargon
"mengatasi penolakan terhadap perubahan" yang sepuluh sampai lima
belas tahun lalu sangat terkenal dalam ilmu manajemen, saat ini tidak dapat
diterima lagi. Semua orang sudah mengakui bahwa perubahan merupakan sesuatu
yang tak dapat dihindari. Pada periode dimana perubahan struktural terjadi
sangat cepat, mereka yang mampu bertahan hanyalah yang mampu menjadi pemimpin
perubahan tersebut dan melihat perubahan sebagai suatu kesempatan.
Selanjutnya
Drucker membahas tantangan informasi baru dengan menguraikan karaketeristik
revolusi informasi baru yang perlu diketahui agar dapat dijadikan dasar dalam
menyiasati tantangan di bidang informasi. Dalam hal ini, Drucker mengingatkan
bahwa dalam menghadapi revolusi informasi perhatian hendaknya difokuskan pada
makna informasi itu sendiri sementara teknologi hanya merupakan alat bantunya.
Selain kualitas
pemimpin, keberhasilan suatu organisasi dalam menjawab tantangan masa depan
tidak lepas dari dukungan para pekerja yang berkualitas. Jika selama ini
perhatian diberikan pada upaya untuk meningkatkan produktifitas para pekerja
manual, maka di masa datang yang paling penting dilakukan adalah meningkatkan
produktifitas kerja dan pekerja yang berbasis pengetahuan/berwawasan (knowledge
worker). Tidak seperti pekerja manual, pekerja berwawasan harus dipandang
sebagai capital asset dan bukan capital cost. Seorang pekerja yang berwawasan
harus terus belajar agar memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi. Drucker menguraikan kiat-kiat yang perlu diketahui
para pekerja yang berbasis pengetahuan dalam menghadapi tantangan abad 21.
"Management Challenges
for the 21st Century" tidak membosankan dibaca dan bukan sekedar teks
book. Selain padat dengan pembahasan kasus-kasus, penulis juga menyuguhkan
wawasan yang bijaksana. Dengan kapasitas penulisnya sebagai pakar manajemen,
dapat dipastikan banyak manfaat yang bisa dipetik dan direnungkan dengan membaca
buku ini. Uraian Drucker yang sudah menjangkau masa depan mengingatkan kita
untuk berani melakukan perubahan dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam
menghadapi perubahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar